Kamis, 28 Oktober 2010

Komunitas Punk Di Kalangan Anak Remaja Dalam Budaya Popular



Dalam era modern sekarang ini, masih dapat kita temukan komunitas masyarakat di lingkungan kita salah satunya contoh dari budaya populer yaitu ’’ PUNK’’. Punk menurut O’Hara (1999) terdapat dalam tiga bentuk.  Pertama, punk sebagai trend remaja dalam fashion dan musik. Kedua, punk sebagai keberanian memberontak dan melakukan perubahan. Terakhir, punk sebagai bentuk perlawanan yang “hebat” karena menciptakan musik, gaya hidup, komunitas, dan kebudayaan sendiri. Muncul pada tahun 1970 an di London, Inggris. Budaya dari kelompok golongan skinhead yang selalu menjadi pengacau. Punk sendiri mulai populer setelah muncul grup-grup band Sex Pistol, Velvet Underground, The Ramones,dan sebagainya. Grup-grup musik ini menjadi awal munculnya gaya hidup Punk di kalangan anak remaja.
Kemudian di tahun 1980 punk terkenal di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Punk bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik. Punk lebih terkenal dari cara berpakaian (fashion) dan perilaku sehari- hari anak remaja perlihatkan, seperti dandanan rambut Mohawk ala suku indian, berdiri kaku, Spike ataupun Crew Cut, dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang mencorak. Asesoris berupa sepatu boots, gelang rantai, jaket kulit, celana jeans ketat,balel dan baju yang lusuh yang terkesan kotor sering digunakan oleh para punkers. Anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.
Fashion sebagai salah satu bagian terpenting di dalam anak punk. Dandanan punk dengan menggunakan jaket ala The Ramone sudah terlihat. Kehadiran punk di tahun 1980-an terlihat pada film ”Menggapai Matahari” dengan pemeran utama Rhoma Irama. Dalam film itu punk digambarkan sebagai kelompok yang berperilaku deviatif. Pada salah satu bagian film, yaitu ketika Rhoma Irama manggung, terdapat figuran sekumpulan anak punk yang menghancurkan tempat pertunjukkan sebagai perusuh. 
Istilah Mohawk itu diperoleh dari akibat rasisme yang berkembang di Amerika. “Waktu itu, orang-orang Amerika sangat rasis dengan orang Indian, maka rambut orang Indian yang berdiri tegak, dan yang menjadi lambang kepahlawanan mereka menjadi salah satu atribut punk, yang jelas anti rasis. Berbeda dengan rambut orang Indian yang berdiri karena terbuat dari bulu-bulu unggas, rambut mohawk ala punk berasal dari rambut sendiri yang dikakukan dengan menggunakan sisir sasak, dan dikeraskan lagi dengan menggunakan lem kertas atau hair-spray.
Gaya dari anak punk merupakan hasil dari kebudayaan negara barat yang ternyata telah masuk dengan mudah dan diterapkan dalam kehidupan oleh sebagian anak remaja di Indonesia, dan secara tidak disadari bahwa budaya barat punk ini menyebabkan budaya nenek moyang terkikis dengan nilai-nilai yang negatif. Di lihat dari sisi penampilan dan hidupnya mempunyai pengertian negatif dari masyarakat disebabkan tampilan yang cenderung menakutkan atau menyeramkan seringkali dihubungkan dengan sifat anarkis, brutal, suka bikin rusuh dan bertindak sesuka kehendak pribadi individu masing – masing yang mengakibatkan penilaian dari tmasyarakat adalah buruk karena mereka bergaya mempunyai gaya pakaian yang aneh dan sering berkumpul sesama punk di malam hari menimbulkan kecurigaan bahwa mereka mungkin suka mabuk-mabukan, sex bebas dan pemakai barang teralarang dikarenakan mereka pemiliki paham kebebasan.
Tidak semua anak punk memiliki citra buruk yang suka bertemu diperepatan lampu merah, suka menodong, mabuk- mabukan dan berbuat kejahatan di lingkungan sekitar. Tetapi terdapat sekelompok individu dari anak remaja puk memiliki jiwa sosial lumayan tinggi seperti. Membuat label rekaman sendiri untuk menaungi band-band punk dan menjual ke pasaran. Setelah merintis lebel rekaman ada juga yang menbuka distro yang menjual produk –produk. Tidak hanya di bidang membuatan CD dan kaset, mereka memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tatoo. Produk yang mereka jual masih dalam batasan tidak banyak tetapi harga yang amat terjangkau oleh siapa pun.
Hasil dari berdagang tadi sebagian di gunakan untuk membantu dalam bidang sosial, seperti membantu anak-anak panti asuhan meskipun mereka tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas. Komunitas “Punk” yang lain yaitu distro merupakan implementasi perlawanan terhadap suatu perilaku yang di sebut konsumtif anak remaja yang penggemar berat rmerk barang dari luar negeri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar